Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) Dadan Hindayana. (Dok. Humas BGN)
Jakarta, TM — Dapur Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Panakkukang 02 di Makassar, Sulawesi Selatan, terpaksa menghentikan operasionalnya.
Penutupan ini terjadi karena harga menu program Makan Bergizi Gratis (MBG) hanya ditetapkan sebesar Rp6.500 per porsi, sehingga pengelolaan dapur tidak dapat berjalan optimal.
Dampaknya, puluhan pekerja kehilangan pekerjaan dan ratusan siswa tidak lagi menerima makanan gratis setiap harinya.
Baca Juga: BGN Akan Tanggung Biaya Korban Keracunan Program MBG
Kepala Badan Gizi Nasional (BGN), Dadan Hindayana, menegaskan bahwa seluruh pengeluaran dalam pelaksanaan program MBG harus dapat dipertanggungjawabkan sesuai aturan.
“Berapapun yang dikeluarkan harus disertai bukti pengeluaran. Operasional juga Rp3.000 at cost, semuanya harus jelas. Sementara insentif mitra boleh digunakan untuk keperluan lain,” ujar Dadan di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta Pusat, Rabu (1/10).
Ia menambahkan, jika ada penyimpangan dalam pelaporan, temuan tersebut akan ditindaklanjuti oleh inspektorat dan dapat diteruskan ke BPKP, BPK, atau kepolisian.
Sementara itu, Arifin Gassing, salah satu mitra BGN, menyayangkan kebijakan penetapan harga Rp6.500 tersebut. Ia menilai kebijakan ini tidak sejalan dengan arahan Presiden Prabowo Subianto.
“Saya tidak mengerti kenapa harus Rp6.500, padahal jelas arahan Presiden, anggaran belanja seharusnya lebih besar dari itu,” ujar Arifin kepada wartawan, Senin (29/9).
Baca Juga: Kapuspen TNI Jelaskan Peristiwa Bendera Robek di Gladi Jelang HUT TNI
Penutupan dapur SPPG di bawah Yayasan Tangan Fatima Bekerja juga dibenarkan oleh salah satu tenaga kerja, Sri Bulan. Ia mengungkapkan, dapur tempatnya bekerja sudah tidak beroperasi selama sepekan terakhir.
“Iya, sudah satu minggu ini ditutup,” ujarnya.
Sri mengaku tidak mengetahui secara pasti penyebab penutupan tersebut. Namun, ia mendengar bahwa hal itu berkaitan dengan ketidaksesuaian pagu biaya per porsi.
“Informasinya karena pagu per porsi tidak sesuai aturan, kalau dari beritanya Rp6.500,” jelasnya.
Akibat penutupan ini, sekitar 50 pekerja kehilangan mata pencaharian. Mereka berharap dapur dapat segera kembali beroperasi agar dapat melanjutkan kehidupan sehari-hari.
“Lebih dari 50 orang sekarang menganggur. Kami berharap dapur bisa buka lagi, karena hidup kami bergantung di sini,” pungkas Sri.
