Foto Ilustrasi Ahmad Sahroni (Foto:Dok. Ilustrasi)
Jakarta,TM – Dalam sebuah insiden yang mengguncang publik, rumah mantan Wakil Ketua Komisi III DPR RI, Ahmad Sahroni, di kawasan Tanjung Priok, Jakarta Utara, dijarah massa pada akhir Agustus lalu.
Di tengah kekacauan, Sahroni memilih bersembunyi di sebuah toilet kecil di lantai empat rumahnya, menyamar sebagai penjaga demi menyelamatkan diri.
Penjarahan terjadi sekitar pukul 15.30 WIB, dipicu oleh demonstrasi besar-besaran yang menolak pernyataan Sahroni terkait pembubaran DPR.
Massa yang marah merangsek masuk ke halaman rumah, merusak pagar, melempar batu, dan membakar beberapa bagian bangunan.
Menurut Tabroni, staf pribadi Sahroni yang turut berada di lokasi, suasana saat itu sangat mencekam.
“Kami semua panik. Ada delapan orang di rumah, termasuk tamu. Kami naik ke rooftop, tapi Pak Sahroni memilih masuk ke toilet kecil. Dia tidak membawa ponsel, tidak mengunci pintu, dan melumuri wajahnya dengan debu agar tak dikenali,” ujar Tabroni.
Baca juga: 11 Poin Revisi UU BUMN, Termasuk Larangan Rangkap Jabatan bagi Menteri dan Wamen
Saat seorang pendemo masuk dan menyenterinya, Sahroni mengaku sebagai penjaga rumah. Pendemo itu pun pergi setelah menyuruhnya diam.
“Itu momen paling menegangkan. Kalau dia dikenali, entah apa yang terjadi,” tambah Tabroni.
Selama lebih dari tujuh jam, Sahroni bertahan di toilet tanpa komunikasi. Staf dan keluarganya sempat mengira ia hilang atau melarikan diri ke luar negeri. Baru sekitar pukul 22.00 WIB, Sahroni berhasil memanjat atap dan masuk ke rumah tetangga untuk meminjam telepon dan menghubungi istrinya, Feby Belinda.
Kabar simpang siur sempat menyebutkan bahwa Sahroni kabur ke Singapura. Namun, Tabroni membantah tegas.
“Pak Sahroni tidak lari. Dia bertahan di tempat paling sempit dan paling tidak terduga. Ini bukan pelarian, ini perjuangan bertahan hidup,” katanya.
